Hubungan Mesra Indonesia - Israel Di Balik Layar
"Kalau tidak berhasil [menghalau kepentingan Israel], lebih baik Yudhoyono membubarkan saja majelis zikirnya. Punya majelis zikir kok tidak bisa menghalangi pembukaan kantor dagang Israel di Indonesia," kata dia dalam tablig akbar menolak pembukaan kantor dagang Israel di Masjid Al Azhar, Jakarta, Sabtu 15 Agustus 2009.
Umat Islam di Indonesia, kata Al Khaththath, juga meminta pemerintah membatalkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No 23/ MP: P/ 01/ 2001 tanggal 10 Januari 2001, yang melegalkan hubungan RI dengan Israel.
"Kami meminta seluruh elemen laskar muslim agar segera mencari dan mengidentifikasi letak kantor dagang tersebut di Jakarta. Kalau ditemukan? "Kalau sudah ketemu akan kita datangi beramai-ramai," kata Al Khaththath.
Dijelaskan dia, pembukaan kantor dagang Israel terungkap dari pemberitaan harian Dza Marker, harian berbahasa Ibrani. Dalam harian itu tertulis Israel tengah berupaya memperluas jaringan dan hubungan ekonomi dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Mbah Dur, Ke Israel khusus menerima Medali
Sebelumnya, Presiden Abdurrahman Wahid pernah mencoba membuka hubungan dagang antara Indonesia dan Israel. Namun sebagian besar rakyat Indonesia menentang rencana tersebut.
Departemen Luar Negeri secara tegas menyatakan Indonesia tidak akan pernah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sebelum negara Palestina resmi berdiri. Namun, Indonesia akan terus mendorong proses perdamaian demi keberhasilan Solusi Dua Negara.
Demikian ungkap Desra Percaya, Direktur Keamanan Internasional dari Departemen Luar Negeri Indonesia dalam pertemuan internasional yang membahas isu Palestina di Jakarta, Selasa 9 Juni 2009.
"Meski tidak memiliki hubungan diplomatik, Indonesia mendukung Israel dan Palestina mewujudkan konsep Solusi Dua Negara melalui Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Dewan Keamanan, Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan badan-badan lainnya," tutur Desra.
Sebelumnya, Disampaikan anggota DPR Djoko Susilo dari Fraksi-PAN, terkait kunjungan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) ke Israel 2006 lalu. Gara-gara kunjungan itulah, baru-baru ini sekitar 8 pengusaha Israel yang diorganisasi oleh Israel Export and International Cooperation Institute dan Kementerian Industri, Perdagangan, dan Tenaga Kerja Israel balik mengunjungi Indonesia.
Kunjungan tersebut, tidak lain, sebagaimana dikatakan Ana Katz, Atase Perdagangan Israel di Singapura, untuk membangun infrastruktur agar bisa diakui dan dibolehkan secara hukum di kedua Negara.
“Oleh karena Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, maka diperlukan tiga tahun untuk membangun infrastruktur yang diperlukan untuk menciptakan sebuah hubungan dagang secara langsung, yang bisa diakui dan diperbolehkan secara hukum di kedua Negara,” ujar Ana Katz, sebagaimana dirilis oleh harian Israel The Jerusalem Post, Senin (4/8).
Namun, menurut Djoko, KADIN adalah lembaga non-pemerintah, jadi tidak ada larangan dari pemerintah untuk melakukan kunjungan tersebut. Meski demikian, ia tak memungkiri jika KADIN memiliki peran penting dalam dunia usaha Indonesia.
“Selama bukan atas nama pemerintah, maka Negara tidak bisa melarang pihak swasta melakukan kerjasama atau kunjungan ke Israel,” jelasnya.
Tidak adanya hubungan diplomatik dengan Israel, dijelaskan Djoko, memiliki sejarah yang panjang, terkait umat Islam. Oleh sebab itu, jika ada pihak swasta yang melakukan kunjungan atau kerjasama dengan Israel, menurutnya, partai islam dan tokoh Islam me-warning hal itu.
“Selama ini kan belum ada, jadi yah tetap jalan,” pungkasnya.(vvn/hdt/smedia)
Delegasi Israel (foto : Hidayatullah.com
Hubungan Mesra Indonesia - Israel Di Balik Layar
Sebuah delegasi resmi Israel telah mengunjungi Indonesia untuk pertama kalinya, padahal Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Demikian dikabarkan media massa online Israel, Ynet (4/8).
Rombongan delegasi Israel terdiri dari delapan perwakilan dari perusahaan-perusahaan Israel yang diorganisasi oleh Israel Export and International Cooperation Institute dan Kementerian Industri, Perdagangan, dan Tenaga Kerja Israel.
Kunjungan itu merupakan balasan atas kunjungan yang telah dilakukan pihak Indonesia --rombongan dari Kamar Dagang Indonesia (KADIN)-- ke Israel di tahun 2006.
Oleh karena Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, maka diperlukan tiga tahun untuk membangun infrastruktur yang diperlukan untuk menciptakan sebuah hubungan dagang secara langsung, yang bisa diakui dan diperbolehkan secara hukum di kedua negara. Demikian yang dikatakan Ana Katz, Atase Perdagangan Israel di Singapura, sebagaimana dirilis oleh harian Israel The Jerusalem Post, Senin (4/8).
Masih mengutip Ana Katz, tujuan dari kunjungan delegasi Israel itu untuk memperkuat hubungan di antara kedua negara.
"Kami terus bekerja secara konsisten selama beberapa tahun belakangan untuk memperkuat hubungan dalam bidang bisnis di kedua negara," kata Ana Katz. "Tantangan 'di luar aktivitas', di negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan kami, sangat besar," katanya menambahkan.
"Dalam tiga tahun terakhir, kami memusatkan perhatian pada pembangunan infrastruktur untuk menciptakan sistem hubungan perdagangan langsung antarpengusaha di kedua negara, yaitu hubungan yang diperbolehkan oleh hukum di kedua negara."
"Infrastruktur ini mencakup menciptakan hubungan dengan pejabat-pejabat kunci di pihak Indonesia, sembari melakukan proses dengan menyewa penasihat yang bekerja di bawah Departemen Perdagangan di kedutaan dan membantu aktivitas perusahaan-perusahaan Israel yang ada di Indonesia," kata Ana Katz menjelaskan.
Volume perdagangan antara Israel dengan Indonesia sebesar USD 47,8 juta selama kurun waktu 6 bulan pertama tahun 2009. Angka itu turun 60% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volume ekspornya total USD 5,2 juta, turun dari USD 7,7 juta pada periode yang sama di tahun 2008.
Angka penurunan yang cukup besar itu mungkin antara lain dipengaruhi serangan Israel ke Gaza pada akhir bulan Desember 2008 hingga Januari 2009 lalu.
Harian The Jakarta Post--sebagai mana dikutip UPI (6/8)--tahun lalu melaporkan, delegasi Indonesia dalam kunjungannya ke Israel telah menandatangani persetujuan kerjasama di bidang medis dengan Magen David Adom dan Komite Distribusi Bersama Amerika-Israel (American Israel Joint Distribution Committee) di Tel Aviv senilai USD 200.000.
Ketua delegasi Indonesia ketika itu menyatakan, kunjungan yang dilakukan pihak Indonesia tidak mungkin bisa dilakukan jika saja MDA (Magen David Adom) belum diakui sebagai anggota Palang Merah Internasional.
Magen David Adom, sering disebut Mada atau Red Shield of David atau Red Star of David, adalah badan nasional Israel yang memberikan layanan pertolongan medis, bencana, ambulan, dan bank darah. Telah diakui secara resmi menjadi anggota Palang Merah Internasional pada tahun 2006.
Akhir Juni lalu DPR-RI telah menolak rencana pembelian alat militer buatan Israel, berupa Unmanned Aerial Vehicles (UAV), yang lebih dikenal dengan drones, pesawat pengintai tanpa awak. Jenis pesawat tersebut digunakan Israel sebelum, selama, dan sesudah serangan 22 hari ke Gaza beberapa bulan lalu, untuk memindai seluruh wilayah Gaza selama 24 jam, sehingga menimbulkan trauma bagi penduduk Gaza--terutama anak-anak.
Anak-anak Gaza menyebutnya dengan Zananat, meniru bunyi yang dikeluarkan oleh pesawat itu.(hdt/smedia)
Sumber : Swaramuslim
Post a Comment
Komentar Anda Sangat Berguna